Gusti Sang Maha Segala (3)

Banyak peristiwa terjadi pasca perceraian. Ups and downs meriah! Tahun 2014 lay off gila-gilaan di kantor yang artinya, kehilangan pekerjaan sekaligus dapat pesangon dalam jumlah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebal senang dalam waktu bersamaan. Sehingga tak ada poinnya untuk menderita atau bersyukur. Oh dan kemudian memutuskan mulai serius lagi membina hubungan baru. Serius. Lagi.… Continue reading Gusti Sang Maha Segala (3)

Gusti Sang Maha Segala (2)

SMA saya bersahabat dengan seorang lelaki Cirebon teman sekelas yang rajin mengajak saya salat di mushala. Inilah perkenalan awal saya dengan salat lima waktu. Ya nggak lima waktu sih, karena di rumah saya tidak salat. Jadi ya sebenarnya saya salat bukan sepenuhnya karena menjalankan perintah agama, melainkan karena ada yang ngajak haha. Bagus yang ngajak… Continue reading Gusti Sang Maha Segala (2)

Gusti Sang Maha Segala (1)

Pelajaran agama pertama diperkenalkan kepada kami secara khusus di sekolah. Konsep Tuhan, surga neraka, salat lima waktu, puasa di bulan Ramadan (plus baju baru saat Lebaran), berbuat baik, dilarang mencuri. Pelajaran yang sama levelnya dengan membuat cerita tentang berlibur di rumah nenek. Setingkat pula dengan pemahaman gambar pemandangan itu dua gunung dengan jalan lurus di… Continue reading Gusti Sang Maha Segala (1)

Pukul Dua Dini Hari

SAJAK SABTU SORE . Dia kena covid! Dia kena covid! Lho, dia belum vaksin? Sudah! Lengkap! Dua kali! Oh, mungkin sekarang dia hanya flu biasa. Tapi dia sesak napas! Suaranya tersengal-sengal. Mungkin flu parah. Macam… apa itu, flu Spanyol yang katanya berat sekali. Tubuhnya lemah. Indra penciumannya hilang. Semua gejala ada! Ya mungkin saja toh,… Continue reading Pukul Dua Dini Hari

Tidak Enak atau Tidak Etis?

Ada banyak reaksi dalam melihat kesalahan diri sendiri.  Dulu, saya akan memekik (diam-diam kalau di tengah riuh orang), marah besar pada diri sendiri (dulu saya sampai jitak diri sendiri. Beneran, ini true story), atau ketawa ngakak sejadi-jadinya. Respons lanjutan adalah malu karena pernah melakukan kesalahan itu. Dari yang tingkatan ‘enggak bermutu’ seperti masih juga malu… Continue reading Tidak Enak atau Tidak Etis?

Diam Bukan Berarti Sepakat

Untuk menghindari konflik, saya cenderung memilih diam. Kalau ada yang saya tidak setuju, tidak suka, atau terganggu, saya akan mengalihkan perhatian pada hal lain. Nanti juga seiring waktu akan lenyap sendiri rasa tidak setuju, tidak suka atau terganggu itu. Naaah, biasanya persoalan muncul ketika air muka saya tak bisa menipu. Agak menyebalkan, sih. Orang-orang terdekat… Continue reading Diam Bukan Berarti Sepakat

Belajar Naik Sepeda

Pertama kali belajar naik sepeda kelas 2 SD. Pakai sepeda roda dua dengan tambahan dua roda kecil di kiri kanan pada roda belakang. Baru belajar mengayuh, belum belajar keseimbangan. Gembira sekali mondar-mandir di depan rumah yang terletak di gang sempit di Jl. Porselen V, Kampung Ambon, Jakarta Timur. Karena masih kecil, sepeda mininya pun kecil,… Continue reading Belajar Naik Sepeda

Pulang

SAJAK SABTU SORE . Pulanglah kawan. Jangan perjalananmu tersendat, hanya karena kami terisak. Padamu kumengerti arti pulang, tanpa riak riang wajah senang. Padamu kutemukan, pulang yang menjadi hilang. Pulangmu, bukanlah datang. Seperti yang selama ini kukenang. Pulangmu, adalah jejak keabadian yang selalu ada, dalam tiada.

Penikmat Sunyi, Penyimak Gaduh

Saya penikmat sunyi dini hari. Karenanya saya gemar begadang, sebuah kebiasaan yang kemudian ditiru oleh anak perempuan saya. Tentu saya tidak merestui kebiasaan tersebut, tak baik bagi kesehatan. Tapi pada saat yang sama, saya paham rasa nikmatnya (ah sudahlah, saya kadang memang abai memadupadan hukum normal dengan aturan suka-suka, hehe. Hukumlah saya *menyerahkan diri). Pertama… Continue reading Penikmat Sunyi, Penyimak Gaduh

Kerja Untuk Apa?

Ingatan mengembara ketika lulus kuliah. Waktunya kerja! Ya walaupun sebelum lulus, saya sudah kerja ini kerja itu, tanpa kantor. Dapat uang cukup bagus untuk ukuran tahun itu, tidak membuat saya merasa sudah kerja. Karena nggak punya kantor. Nggak bisa pamit, bilang mau "ke kantor". Proyek nggak habis-habis, sih. Ada saja kerjaan yang datang. Biasanya, sekali… Continue reading Kerja Untuk Apa?